MERANCANG EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
Proses evaluasi mempunyai peran yang
sangat penting dalam kelanjutan proses pembelajaran. Setiap evaluasi terus
disesuaikan dengan silabus pembelajaran. Mempertimbangkan hal ini, maka evaluasi
harus benar-benar dirancang dengan baik dengan melibatkan seluruh elemen
kependidikan. Penilaian yang dilakukan di dalam evaluasi mempunyai fungsi yang
cukup beragam, tidak hanya sebagai formalitas penaikan kelas atau perangkingan,
namun mencakup seluruh fungsinya yang umum.
Evaluasi merupakan feedback antara guru dan murid, dimana pembelajaran yang
disesuaikan diukur dengan melakukan evaluasi. Dalam Pendidikan Agama
Islam (PAI) evaluasi dilaksanakan secara konfrehensif, yaitu mengorganisasi
setiap bahan pelajaran sesuai dengan bidang studi yang ada dalam ruang lingkup
pendidikan Islam. Disamping itu hal yang cukup penting yang harus dilakukan
oleh guru di dalam merancang evaluasi adalah keobjetivitas penilaian terhadap
evaluasi yang dilakukan. Ini merupakan komponen penting agar tercapainya suatu
penilaian yang sempurna terhadap suatu bidang studi.
Pelaksanaan evaluasi selayaknya dilakukan dengan cermat, dengan perencanaan
yang matang, memenuhi semua aspek-aspek yang menjadi prosedur dari evaluasi itu
sendiri. Pengetahuan guru tentang prosedur ini ditambah dengan pengetahuan
tentang fungsi dari keseluruhan proses evaluasi, ketelitian, analisis merupakan
faktor akan kesempurnaan evaluasi di dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
MERANCANG EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA
A. Pengertian,
Tujuan, dan Prinsip Evaluasi Pendidikan
1. Pengertian
Evaluasi Pendidikan
Di dalam mendefinisikan arti dari
evaluasi, banyak tokoh-tokoh kependidikan yang mencurahkan kemampuannya untuk
mengartikan istilah evaluasi. Salah satunya adalah Bloom, Dia berpendapat bahwa
evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah
dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh
mana tingkat perubahan dalan pribadi siswa.
Apakah yang diutarakan oleh Bloom tidak
jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh ahli-ahli lain. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah tindakan memberi nilai, kesimpulan ini
tentu masih sangat umum dandapat dirincikan lagi sesuai interpretasi
masing-masing.
Evaluasi merupakan salah-satu komponen
sistem pembelajaran pada khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya, artinya
evaluasi merupakan satu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam setiap
proses pembelajaran.[1]
Dalam konteks yang lebih modern evaluasi mengandung makna yang lebih luas,
tidak terbatas pada penilaian hasil belajar saja, keseluruhan pribadi
murid menjadi sasaran utama dalam penilaian.
2. Tujuan Evaluasi
Pendidikan
Seperti yang diuraikan di atas,
evaluasi merupakan komponen penting di dalam pendidikan, maka tujuannya menjadi
sangat lumrah untuk diketahui. Secara umum evaluasi mempunyai tujuan sebagai
berikut ;
a.
Mengumpulkan
data yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau
kemajuan yang dialami siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.
Memungkinkan
para pendidik dalam menilai aktivitas atau pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan.
c.
Mengetahui
tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam
proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
Sementara yang menjadi tujuan khusus
dari kegiatan evaluasi adalah
a. Merangsang kegiatan
siswa dalam menempuh program pendidikan. Dengan demikian akan timbul kegairahan
atau rangsangan dari dalam diri siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
prestasi belajar.
b. Mencari dan
menentukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam
mengikuti program pendidikan pada umumnya dan pembelajaran pada khususnya.
c. Memberikan
bimbingan dan arahan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa
yang bersangkutan.
d. Memperoleh
bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oleh orang tua siswa
dan lembaga pendidikan.
e. Memperbaiki
mutu proses pembelajaran, seperti metode belajar yang digunakan.
Dari dua tujuan di atas tujuan umum dan
tujuan khusus, maka dapat digarisbesarkan bahwa evaluasi bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian pembelajaran dan
diupayakan tindak lanjutnya. Di dalam ilmu pendidikan, tindak lanjut tersebut
adalah fungsi evaluasi, yang akan dijabarkan dalam sub pokok pembahasan di
bawah.
3. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi dilakukan dalam
pengadaan tes yang erat kaitannya dengan macam-macam evaluasi. Jadi, fungsi
evaluasi adalah :
a. Sebagai
Penempatan Posisi
Dalam pengolahan fungsi ini dilakukan
tes penempatan(placement test) agar diketahui tingkat kesiapan siswa
untuk mengikuti suatu pembelajaran, sehingga siswa diposisikan tepat
berdasarkan minat, bakat, kesanggupan dan lain-lain.
b. Sebagai
pemantau kemajuan belajar
Dalam pengolahan fungsi ini dilakukan
tes formatif(formative test) untuk memantau dan memonitor kemajuan
belajar siswa guna memberikan umpan balik(feedback), baik kepada siswa
maupun guru, sehingga dapat diketahui hal-hal yang harus dipelajari kembali
terhadap materi yang sudah pernah diajarkan.
c. Sebagai penganalisa kesulitan
belajar
Dalam penganalisaan kesulitan belajar,
dilakukan test diagnostik(diagnostik test) untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan dalam belajar. Pendidik terlibat dalam hal ini untuk
mengatasi kesulitan tersebut.
d.
Sebagai patokan
keberhasilan dalam jangka waktu tertentu
Tes yang dilakukan ialah tes sumatif(sumative
test) yang diberikan diakhir suatu jenjang pendidikan atau tahun ajaran,
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana program berhasil dalam suatu dekade.
4. Prinsip-prinsip
Evaluasi Pembelajaran PAI
Paling tidak ada tujuh prinsip yang
mesti diperhatikan oleh pendidik sebagai faktor pendukung/ penunjang dalam
melaksanakan evaluasi yaitu :
1.
Prinsip
berkesinambungan ( Continuity)
Prinsip ini mempunyai maksud bahwa
evaluasi tidak hanya dilakukan secara insedentil belaka(umpama hanya tiap
caturwulan sekali) karena pendidikan itu merupakan proses yang kontinu, maka
penilaian pun dilakukan dengan kontinu. Hasil penilaian yang diperoleh di suatu
waktu senantiasa dihubungkan dengan waktu yang lalu, sehingga dapat diperoleh
gambaran yang jelas tentang perkembangan anak.[2]
2.
Prinsip
menyeluruh (comprehensive)
Prinsip ini menekankan pelaksanaan
evaluasi dengan baik secara utuh dan menyeluruh keseluruhan aspek tingkah laku
siswa, aspek berpikir, aspek nilai dan sikap, dan aspek ketrampilan yang ada
pada siswa.
3. Prinsip
Objektivitas
Tiap penilaian harus dilakukan
seobjektif mungkin, dalam hal ini si penilai/ guru harus menjauhkan sikap atau
perasaan benci, kesal, kasih sayang, kasihan, hubungan keluarga, dan lain-lain.
Hal ini tidak boleh dipengaruhi dalam penilaian.
4.
Prinsip
Validitas dan Reliabilitas
Validitas merupakan suatu konsep yang
menyatakan bahwa alat evaluasi yang dipergunakan benar-benar dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Yang diukur adalah partisipaso siswa dalam pembelajaran,
kehadiran, konsentrasi saat belajar, kecepatan dalam menjawab dan lain-lain.
Reliabilitas adalah ketetapan yaitu
hasil dari suatu evaluasi yang dilakukan memunjukkan suatu ketetaapan ketika
diberikan kepada para siswa yang sama dalam waktu yang berlainan.[3]
5.
Prinsip
Kegunaan
Evaluasi yang dilakukan hendaknya
bermanfaat bagi para siswa maupun bagi guru. Kemanfaatan ini diukur dari aspek
waktu, biaya, fasilitas, dan lain-lain.
6.
Prinsip
Praktikabilitas
Suatu evaluasi dikatakan memiliki
praktikabilitas yang tinggi apabila evaluasi tersebut bersifat prkatis (mudah
dilaksanakan) dan mudah peadministrasiannya (mudah pemeriksaan) dan dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.[4]
7. Prinsip
Koperatif
Hendaknya penilaian dilakukan bersama-sama oleh semua guru yang
bersangkutan. Terlebih pada sekolah lanjutan, karena anak didik diasuh
oleh banyak guru. Hasil evaluasi banyak guru perlu didata, bahkan juga
evaluasi para orang tua murid juga perlu dipertimbangkan. Jadi, bukan hanya
wali kelas saja.
B. Mengukur Ranah
Kognitif, Afektif, dan Psikomotor dalam Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian
Mengukur
Menurut Lord dan Novick(1968) mengukur
adalah suatu prosedur untuk memberikan angka(biasanya disebut skor) kepada
suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga
mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain
sehubungan dengan sifat yang diukur itu.
Untuk mengukur seseorang
diperlukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi
orang yang hendak diukur.
b. Mengindentifikasi
karakteristik (sifat-sifat khas) orang yang hendak diukur itu.
c. Menetapkan
prosedur yang hendak dipakai untuk dapat memberikan angka-angka pada
karakteristik tersebut. [5]
Aspek terpenting dari uraian di atas
adalah dalam pengukuran memberi skor atau angka-angka dengan tetap
mempertahankan apa yang terjadi dalam realita. Sebagai contoh, Ismail lebih
pandai dari Abdullah dalam mata pelajaran Fiqih, maka skor Fiqih yang
dihasilkan pun harus menunjukkan bahwa Ismail lebih pandai dari Abdullah. Skor
Fiqih Ismail harus lebih tinggi dari skor Fiqih Abdullah dan tidak sebaliknya.
2. Mengukur Ranah
Kognitif.
Kognitif merupakan ranah yang paling
penting, yang menjadi tujuan pembelajaran di sekolah-sekolah. Menurut Bloom,
aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang disusun secara herarki
seperti di bawah ini ;
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Penerapan
4. Analisis
5. Sintetis
6. Penilaian
Ke enam aspek ini bersifat kontinu,
satu aspek meliputi semua aspek yang lain dan overiap ( saling tumpang tindih)
sesamanya. Berikut akan diuraikan satu persatu aspek-aspek tersebut :
1.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek yang paling
penting dalam aspek ini, bentuk soal yang sesuai adalah benar-salah,
menjodohkan, isian atau jawaban singkat, dan pilihan ganda, pengetahuan atau
kemampuan terminologi, fakta-fakta dan lain-lain.
2.
Pemahaman
Pemahaman ditekankan pada pelaksanaan
proses belajar-mengajar. Siswa ditekankan untuk memahami apa yang diajarkan.
Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur pemahaman adalah uraian dan
pilihan ganda. Kemampuan ini dapat dijabar di dalam penerjemahan,
menginterpretasi dan mengekstra polasi.
3.
Penerapan
Kemampuan ini diukur dengan menggunakan
pendekatan problem serving( pemecahan masalah). Siswa dihadapkan pada
suatu masalah yang harus dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya.
4.
Analisis
Dalam aspek ini siswa dituntut untuk
dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan atau keadaan tertentu ke dalam
komponen-komponen pembentuknya. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur
kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.
5.
Sintetis
Siswa dituntut untuk dapat menghasilkan
sesuatu yang baru, hasil dari penggabungan dapat berupa tulisan, rencana atau
mekanisme kerja.
6.
Penilaian
Siswa dituntut untuk dapat mengevaluasi
situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.
3. Mengukur Ranah
Afektif
Ada lima jenjang yang meliputi ranah afektif, antara lain
:
a. Menerima (
receiving)
Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan siswa atau
kemajuannya dalam berbagai kegiatan kelas. Ditinjau dari segi pengajaran
jenjang ini berhubungan dengan menimbulkan dan mempertahankan serta mengarahkan
perhatian siswa.
b. Menjawab (responding)
Siswa yang hadir di dalam ruangan dituntut untuk reaktif
terhadap penyampaian pendidik.
c. Menilai (valving)
Siswa dihadapkan pada suatu objek, fenomena atau tingkah
laku, misal seorang siswa ingin tampil aktif dalam kelompok belajarnya sehingga
fungsi kelompok masih efektif.
d. Organisasi (organization)
Jenjang ini berhubungan dengan
pemecahan masalah dengan berbagai cara seperti dengan menyiapkan, mengatur,
membanding, dan menjelaskan, dan lain-lain.
e. Karakteristik (
Characterization)
Pada jenjang ini siswa harus mengontrol tingkah laku,
karena tingkah laku menjadi khas atau karakter siswa itu.
4. Mengukur Ranah
Psikomotor
Pada ranah ini yang menjadi jenis
prilaku adalah ketrampilan bergerak atau bertindak serta kecakapan ekspresi
verbal dan non verbal, dengan indikator mengordinasikan gerak mata, kaki tangan
dan anggota tubuh lainnya, mengucapkan sesuatu, membuat mimik atau gerakan
jasmani.
Cara mengevaluasi ranah ini adalah
dengan melakukan tes lisan, tes tindakan, dan observasi.[6]
Dalam mengevaluasi
kegiatan belajar siswa, pendidik dituntut untuk memperhatikan ranah-ranah di
atas tadi. Kondisi-kondisi tersebut mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar.
Penilaian hasil pembelajaran yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor
harus benar-benar dijiwai oleh guru, terlebih guru agama, guna menjadi pertimbangan
bagi guru dalan menilai hasil belajar siswa.
C. Langkah-langkah
Pelaksanaan Evaluasi
Setelah ada tujuan dari pengajaran,
guru yang bertindak sebagai evaluator segera harus berpikir tentang langkag
agar tujuan yang diharapkan terlaksana, tentu disini yang terpikir adalah
cara evaluasi atau cara mengetes. Di dalam berbagai buku diuraikan berbagai
macam langkah-langkah evaluasi, dalam makalah ini akan dirincikan beberapa
langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1.
Langkah
Perencanaan
Di dalam taraf perencanaan, evaluator
perlu merencanakan segenap langkah pendahuluan yang dapat melancarkan proses
evaluasi itu sendiri, misalnya, penyusunan skedul untuk waktu-waktu pengumpulan
data, mempersiapkan alat yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data,
mengumpulkan data menurut ketentuan jenisnya, menentukan jenis pengolahan data
dan lain-lainnya.
Segenap langkah tadi perlu adanya,
karena titik tolak kesuksesan evaluasi tergantung pada kematangan perencanaan.
Apabila segenap langkah tersebut disusun sempurna, maka akan meminimalkan
kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaan langkah
berikutnya.
2.
Langkah
Pengumpulan Data
Pada dasarnya banyak hal yang perlu
dikumpulkan dalam pengumpulan data, seperti mempertimbangkan tujuan pengajaran,
memperhatikan aspek tingkah laku siswa, selanjutnya buku-buku pelajaran(teksbook)yang
pernah digunakan dengan tidak menafikan buku lain yang relevan, dan tidak kalah
penting adalah pengetahuan mengenai alat-alat yang hendak dipergunakan, yang
terakhir adalah metodologi dari pengumpulan data yang menurut pemakalah hal ini
akan ditempuh oleh masing-masing individu evaluator.
3.
Langkah
Penelitian Data
Segenap data yang telah terkumpul di
dalam langkah pengumpulan data diolah lebih lanjut yang proses penyaringan
data, atau disebut penelitian data. Dalam langkah ini evaluator memisahkan data
yang baik dengan data yang kurang baik. Tuntutan penting disini adalah
evaluator diharapkan bekerja sama dengan pihak lain atau tidak bekerja sendiri
di dalam penelitian data, serta evaluator dapat membatasi diri artinya guru
sudah harus memperkirakan datanya agar mencegah hal-hal yang jauh dari target
semula.
4.
Langkah
Pengolahan Data
Mengolah hasil dilakukan dengan maksud
memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun sebelumnya. Untuk
keperluan itu, maka disusun atau diatur hasil evaluasi sedemikian rupa.[7]caranya
dengan berbagai macam statistik maupun nonstatistik.
Dengan uraian yang telah disajikan,
jelas bahwa fungsi pengelolaan data dalam proses evaluasi merupakan sebuah
keharusan untuk kelengkapan evaluasi tersebut.
5.
Langkah
penafsiran Data dan Menarik Kesimpulan
Penafsiran data dalam proses evaluasi
merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah
mengalami beberapa langkah di atas, sehingga dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan
tertentu. Kesimpulan-kesimpulan tersebut mengacu pada tujuan dilakukannya
evaluasi.
6.
Laporan Hasil
Penelitian
Pada akhir jenjang sebuah proses
belajar seperti semester, akhir tahun ajaran, maka diperlukan suatu laporan
kemajuan anak didik, yang mana ini merupakan laporan kemajuan sekolah, agar
anggota masyarakat mengetahui secara objektif tingkat kemajuan peserta didik.
Lembaga sekolah harus membuka diri untuk memberi informasi secara
berkala.
D. Program
Evaluasi
1. Pengertian
Program Evaluasi
Program evaluasi adalah suatu program
yang berisi ketentuan dan cara-cara tentang penyelenggaraan atau pelaksanaan
evaluasi pendidikan di suatu lembaga pendidikan dan merupakan pegangan atau
pedoman bagi pendidik yang mengajar di lembaga tersebut.
Dalam penyusunan program evaluasi, ada
beberapa hal yang penting dan perlu diperhatikan, diantaranya :
a. Pihak sekolah
harus benar-benar menyadari akan kelemahan-kelemahan yang ada dalam evaluasi
yang dilakukan selama ini. Dengan demikian akan berusaha memperbaikinya ke
depan.
b. Penyusunan
evaluasi dilakukan secara bersama-sama baik Kepala Sekolah dan Guru, agar
program evaluasi yang direncanakan dapat berjalan sebagaimana diharapkan.
c. Kepala sekolah
sebagai orang yang mempunyai peran penting hendaknya mengusahakan upgrading (
penataran kepada guru tentang evaluasi, mengusahakn sarana dan prasarananya
sehubungan dengan evaluasi, dan menyediakan kesempatan kepada guru untuk
mengadakan diskusi tentang evaluasi secara berkesinambungan.
d. Jika sekolah
ada guru BP ( Bimbingan Konseling) dalam penyusunan evaluasi hendaknya evaluasi
benar-benar tercapai.
2. Ciri-ciri
Program Evaluasi yang baik
a. Desain atau
rancangan program evaluasi itu yang konfrehensif
Dikatakan konfrehensif apabila mencakup nilai-nilai dan
tujuan pokok sekolah, Yang menjadi tuntunan benar dalam hal ini adalah guru
sebagai evalator harus mampu membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak
didik tidak hanya dalam hal pengetahuan akademis semata, akan tetapi juga
apresiasi, sikap, minat, penyesuaian sosial dab emosional.
b. Perubahan
tingkah laku individu harus mendasari penilaian pertumbuhan dan perkembangan
Mengingat bahwa tingkah laku total dari seseorang siswa dalam tingkat tertentu
dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya, maka seorang guru harus menyadari betul
aspek yang bermacam dari tingkah laku anak didik.
c. Evaluasi harus
disusun dan dikelompokkab sedemikian rupa sehingga memudahkan interpretasi yang
berarti
Hasil-hasil kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh darai program evaluasi
harus disimpulkan ke dalam pola yang jelas, sehingga data dari evaluasi memberi
gambaran yang jelas terhadap anak didik, dan memberikan kemudahan dalam
memahami data tersebut serta dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Dengan demikian guu dapat mengetahui arah perkembangan anak didik.
d. Program
evaluasi haruslah berkesinambungan dan saling berkaitan dengan kurikulum
Sustu program evaluasi haruslah erat kaitannya dengan
kurikulum sekolah karena ia merupakan bagian yang intergral dengan pembimbingan
pengalaman belajar siswa. Instrumen-instrumen evaluasi merupakan dasar untuk
menilai ketercapaian tujuan dari kurikulum, tercapainya tujuan kurikulum
tercermin dari evaluasi.
BAB III
PENUTUP/KESIMPULAN
Salah satu tujuan pendidikan adalah mencetak generasi yang cerdas, karena itu
rancangan evalusi yang matang dan komplit diperlukan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Evaluasi haruslah membantu pengajaran dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Mengutip ungkapan Lehman dan Mehrens “to teach without testing
is unthinkable”, desain evaluasi yang konprehensif akan mewujudkan suatu
tujuan yang tidak hanya menilai ketrampilan, pengetahuan, namun juga apresiasi,
sikap, minat, dan hal-hal lain.
Sang evaluator/guru harus benar-benar objektif dalam pemberian nilai terhadap
suatu evaluasi, kesan subjektif harsu dihindari jauh-jauh agar tidak terjadi kesalahan
dalam penilaian dan pengukuran evaluasi. Evaluasi hendaknya mengukur secara
jelas hasil belajar. Dalam evaluasi guru benar-benar dituntut berpengetahuan
optimal terhadap teknik-teknik evaluasi serta mengetahui benar objek-objek
evaluasi.
Akhirnya, pemakalah dapat berkesimpulan bahwa evaluasi sebagai penentuan
terhadap sejauh manapencapaian pembelajaran harus benar-benar menjadi
instruktur penting dalam komponen pendidikan, karena kemajuan barometernya
adalah evaluasi yang benar. Skala evaluasi yang akan menentukan arah perubahan.
Program-program evaluasi harus dijalankan dengan tepat untuk mencapai tujuan di
atas.
Daftar pustaka
Mukhtar, Desain
Pembelajaran PAI, Misaka galiza,Jakarta, 1995.
Purwanto,
Ngalim, Administrasi Pendidikan, Mutiara Sumber Widya,Jakarta, 1996
Darajat,
zakiah, Methodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Bumi aksara, Jakarta,2004
Daryanto,
evaluasi pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta,2007
Suharsimi
Arikunto, dasar-dasar evaluasi pendidikan, bumi aksara,2009
Tohirin,
Psiikologi pembelajaran PAI, raja grafindo persada, jakarta 2008
Anas sudijono,
pengantar evaluasi pendidikan, raja grafindo persada, jakarta,2009
Purwanto,
Ngalim, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, remaja rosda karya,
bandung 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar